Mengenal Asal Usul Kalabubu
Kalabubu dari Tanduk Rusa,
MediaNias.ID _ Bicara soal budaya dan tradisi di Nias Selatan, Sumatera Utara, tentu salah satunya akan mengingatkan kita pada Kalabubu. Aksesoris pelindung leher itu menjadi hal yang tak terpisahkan dari sejarah dan budaya suku Nias Selatan.
Tak ada yang tahu siapa yang pertama kali membuat Kalabubu. Namun, aksesoris itu diyakini pertama kali dibuat di Lahusa Fau, Kecamatan Fanayama, salah satu desa di Nias Selatan, ratusan tahun yang lalu.
Kalabubu, di zaman dahulu, digunakan sebagai alat untuk melindungi leher para prajurit suku Nias Selatan kala berperang. Sejak itu, Kalabubu menjadi simbol perang dan kepahlawanan.
Dalam setiap perang suku yang terjadi, para prajurit wajib menggunakan Kalabubu. Dengan memakai Kalabubu, dipercaya leher para prajurit dapat terlindungi dari tebasan lawan.
Seiring waktu, Kalabubu kemudian tak dipakai saat perang saja. Kalabubu kala itu disebut juga dikenakan sehari-hari oleh masyarakat untuk melindungi diri mereka dari tradisi memburu kepala manusia yang berkembang di Nias Selatan.
Kendati demikian, Kalabubu tak melulu soal pertumpahan darah. Kalabubu juga menjadi tanda kehormatan. Kala itu, Kalabubu diberikan kepada tamu dari daerah lain yang datang ke Nias Selatan sebagai lambang pemersatu. Selain itu juga untuk menunjukkan bahwa warga Nias Selatan menerima sang tamu dengan senang hati.
Zaman dulu kala, Kalabubu dibuat dari tanduk-tanduk kijang atau rusa. Namun, lantaran fauna-fauna itu mulai punah, Kalabubu pun mulai dibuat dari tempurung kelapa atas persetujuan para tetua di Nias Selatan. Hal itu dilakukan untuk mencegah kepunahan Kalabubu.
ini, memang tak banyak lagi pengrajin Kalabubu. Namun, sejumlah warga Suku Nias Selatan, terutama di Lahusa Fau,Kec.Fanayama masih turun-temurun mempertahankan pembuatan Kalabubu sebagai warisan leluhur mereka.
Kalabubu hingga kini juga masih terus dilestarikan di Nias Selatan. Salah satunya, kita bisa lihat dalam busana adat dalam tarian perang tradisional Nias Selatan.